Laporan Praktikum Isolasi Zat Warna

ILMU DASAR TEKNIK KIMIA II

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

Hai guys👋👋, jangan bosan ya baca laporan dari saya✌
semoga bermanfaat ya buat ngerjain laporan praktikumnya
tetap semangat dan nikmati prosesnya ya guys💞💞💪💪
Berikut beserta literaturnya ya Literatur

                                                         ISOLASI ZAT WARNA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Kromatografi biasanya sering digunakan pada pengidentifikasian zat warna pada makanan. Metode yang sering digunakan untuk mengidentifikasi zat warna ialah metode kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Metode kromatografi dibedakan dalam 3 jenis, yaitu metode kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi cair kinerja tinggi, dan kromatografi gas (Rompas, 2014).

Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan atas perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, yaitu fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas). Bila fase diam berupa zat padat yang aktif, maka dikenal dengan istilah kromatografi penyerapan (adsorption chromatography). Bila fase diam berupa zat cair, maka teknik ini disebut kromatografi pembagian (partition chromatography) (Harmita, 2009).

Oleh karena itu, perlu dilakukan percobaan ini terhadap daun katuk (Sauropus androgynus) untuk mengatahui zat warna apa yang terkandung di dalam daun katuk (Sauropus androgynus).

1.2    Perumusan Masalah

Permasalahan yang dirumuskan dalam percobaan ini adalah cara mengisolasi/memisahkan zat warna alami dari daun katuk (Sauropus androgynus) dengan menggunakan kromatografi kertas.

1.3  Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah memisahkan/ mengisolasi zat warna alami dari daun katuk (Sauropus androgynus) dengan menggunakan metode kromatografi kertas.

1.4    Manfaat Percobaan

Manfaat yang diperoleh dari percobaan ini adalah dapat memahami cara memisahkan zat warna dari suatu bahan alami dengan menggunakan metode kromatografi kertas.

1.5    Ruang Lingkup Percobaan

Praktikum Kimia Organik dengan modul Isolasi Zat Warna dilakukan di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dalam keadaan ruangan :

  Tekanan udara          : 760 mmHg

                                                  Suhu ruangan            :  30 oC

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest (H2O), benzena (C6H6), daun katuk (Sauropus androgynus), etanol (C2H5OH), heksana (C6H13), kloroform (CHCl3), natrium klorida (NaCl) dan natrium sulfat (Na2SO4). Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah beaker glass, corong pemisah erlenmeyer, gabus, gelas ukur, kaki tiga, kertas saring Whatman No.1, kertas saring Whatman No.41, klem, labu leher tiga, penangas air, refluks kondensor, selang, statif, dan tusuk gigi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Kromatografi

Kita biasanya menganggap Tswett sebagai penemu kromatografi, yang pada tahun 1903 menguraikan karyanya mengenai pemakaian kolom kapur untuk memisahkan pigmen dalam daun. Istilah “kromatografi” dipakai oleh Yswett untuk menggambarkan daerah berwarna yang bergerak ke bagian bawah kolom. Perlu diketahui bahwa D.T.Day pada saat yang sama memakai kromatografi untuk memisahkan berbagai fraksi minyak bumi tetapi Tswett-lah yang pertama kali mengenali dan menafsirkan proses tersebut.

Pada akhir tahun 1930-an hingga awal tahun 1940-an, cara ini mulai berkembang. Dasar kromatografi lapis tipis dikembangkan oleh Izmailov dan Schraiber pada tahun 1938, dan kemudian ditambah oleh kontribusi Stahl pada tahun 1958. Pada tahun 1941, Martin dan Synge mendapatkan hadiah Nobel atas perkembangan revolusi kromatografi cair, kromatografi gas dan kromatografi kertas (Johnson dan Stevenson, 1991).

Kromatografi adalah teknik pemisahan analisis molekul karena perbeddaan struktur dan komposisi. Secara umum, kromatografi melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa bergerak. Komponen sampel yang memiliki interaksi kuat akan bergerak lebih lambat melalui kolom dan berlaku sebaliknya pada komponen sampel dengan interaksi lemah (Kupiec, 2004)

2.2    Faktor – faktor yang Mempengaruhi Harga Rf

Ketika mengidentifikasi noda-noda dalam kertas sangat lazim menggunakan harga Rf (retordation factor) yang didefenisikan sebagai :

Rf =

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga Rf yaitu :

1.    Pelarut , disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan harga Rf

2.    Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.

3.    Ukuran dari bejana , volume dari bejana mempengaruhi homogenitas dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari kertas.

4.    Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam-macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran. Ia akan juga mempengaruhi pada kesetimbangan partisi.

5.    Sifat dari campuran. Berbagai senyawa mengalami partisi dan antara volume-volume yang sama dari fase tetap dan bergerak. Mereka hampir selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap yang lainnya hingga harga Rfnya

(Rahmayani, 2008).

2.3 Daun Katuk (Sauropus androgynus)

Tumbuhan katuk mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap lingkungan didaerah tropis, dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Batang tumbuhan katuk tumbuh tegak, berkayu, bulat berwarna hijau ketika muda dan setelah tua berwarna kelabu keputih-putihan. Daun katuk mengandung flavonoida, alkaloida, glikosida, tanin, steroida dan klorofil.

Daun katuk dimanfaatkan untuk memperbanyak air susu ibu (ASI), obat jerawat, juga berkhasiat sebagai obat demam, darah kotor obat bisul, dan obat borok. Dalam taksonomi tumbuhan, katuk diklasifikasikan sebagai berikut

Kingdom                : Plantae

Divisi                      : Spermatophyta

Sub divisi                : Angiospermae

Kelas                       : Dicotyledoneae

Ordo                       : Euphorbiales

Family                    : Euphorbiaceae         

Genus                     : Sauropus

Spesies                    : Sauropus androgynus Merr.

Lingkungan yang paling ideal untuk membudidayakan tanaman katuk adalah daerah yang mempunyai suhu udara berkisar antara 21–320C dan curah hujan antara 750–2.500 mm/tahun (Febria, 2012).

2.4 Klorofil

Klorofil adalah pigmen berwarna hijau yang terdapat dalam kloroplas bersama-sama dengan karoten dan xantofil padda semua makhluk hidup yang mampu melakukan fotosintesis. Pada semua tanaman hijau, sebagian besar klorofil berada dalam dua bentuk yaitu klorofil a dan klorofil b. Klorofil a bersifat kurang polar dan berwarna biru hijau, sedangkan klorofil b bersifat polar dan berwarna kuning hijau. Klorofil berwarna hijau karena menyerap secara kuat daerah merah dan biru dari spektrum cahaya visible.

Rumus empiris klorofil a adalah C55H72O5N4Mg, sedangkan klorofil b adalah C55H70O6N4Mg. Pigmen tersebut merupakan suatu porfirin yang mengandung cincin dasar tetrapirol. Seperti pigmen alami lainnya, klorofil juga mudah terdegradasi akibat paparan panas, cahaya, oksidator, dan kondisi pH lingkungan. Secara umum terdapat tiga jenis reaksi yang dapat menjelaskan degradasi pigmen klorofil yaitu peofitinasi, pembentukan klorofilid, dan oksidasi (SEAFAST Center, 2012).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN 

3.1    Bahan dan Peralatan

3.1.1   Bahan dan Fungsi

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1.         Aquadest (H2O)

Fungsi : sebagai pencuci residu dan untuk merebus sampel.

2.         Benzena (C6H6)

Fungsi : sebagai pelarut zat warna alami dalam kromatografi kertas.

3.         Daun Katuk (Sauropus androgynus)

Fungsi  : sebagai sampel yang akan diekstrak dan diisolasi zat

warnanya.

4.         Etanol (C2H5OH)

       Fungsi : sebagai pelarut dalam residu sampel.

5.         Heksana (C6H14)

Fungsi : sebagai pelarut zat warna alami dalam kromatografi kertas.

6.         Kloroform (CHCl3)

       Fungsi  : sebagai pelarut dari residu sampel.

7.         Natrium Klorida (NaCl)

Fungsi  : sebagai pelarut saat terjadi emulsi.

8.         Natrium Sulfat (Na2SO4)

        Fungsi  : sebagai penyerap air.

3.1.2   Peralatan dan Fungsi

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

1.         Beaker glass

       Fungsi : sebagai wadah pelarut dalam kromatografi kertas.

2.         Corong pemisah

       Fungsi : sebagai pemisah larutan yang akan diuji.

3.         Erlenmeyer

       Fungsi : sebagai tempat larutan yang sudah disaring.

4.         Gabus

Fungsi : sebagai alat penutup leher tiga dan refluks kondensor pada

  saat dipanaskan.

5.         Gelas ukur

       Fungsi : sebagai pengukur volume larutan.

6.         Kaki tiga

Fungsi : sebagai penyangga rangkaian alat isolasi zat warna.

7.         Kertas saring Whatman No.1

       Fungsi : sebagai kertas yang akan ditotolkan zat warna.

8.         Kertas saring Whatman No.41

       Fungsi : sebagai kertas yang akan ditotolkan zat warna.

9.         Klem dan Statif

Fungsi  : sebagai pengunci dan penyangga rangkaian alat.

10.     Labu leher tiga

       Fungsi : sebagai wadah sampel saat dipanaskan.

11.     Penangas air

Fungsi : sebagai sumber panas.

12.     Refluks kondensor

       Fungsi : sebagai alat yang mengkondensasikan uap dari sampel saat

                     dipanaskan.

13.     Selang

Fungsi : sebagai alat mengalirkan air keluar dan ke dalam refluks

  kondensor

14.     Tusuk gigi

Fungsi : sebagai alat untuk mentotolkan sampel




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 

4.1    Hasil Percobaan

Tabel 4.1 menunjukkan hasil dari percobaan isolasi zat warna dengan sampel daun katuk (Sauropus androgynus) dengan pelarut benzena (C6H6) : aquadest (H2O) yang perbandingannya 4:1 dan pelarut heksana (C6H14) : aquadest (H2O) yang perbandingannya 4:1. Guna mengetahui nilai Rf dan zat warna daun katuk (Sauropus androgynus), kertas yang digunakan adalah kertas saring Whatman No.1 dan kertas saring Whatman No.41. Dari tabel 4.1 diperoleh jarak yang ditempuh pelarut dari tiap jenis pelarut, jarak yang ditempuh komponen, nilai Rf secara praktek dan ralat yang diperoleh.

Tabel 4.1 Hasil Percobaan Isolasi Zat Warna

No

Jenis Kertas

Whatman

Jenis

Pelarut

Jarak Pelarut (cm)

Jarak (cm)

Rf

Persen

I

II

III

Praktek

Ralat

1.

 

 

2.

 

 

3.

 

 

4.

Kertas Whatman No.1

Kertas Whatman No.1

Kertas Whatman No.1

Kertas Whatman No.1

Benzena :

aquadest (4:1)

Benzena :

aquadest (4:1)

Heksana :

aquadest (4:1)

Heksana :

aquadest (4:1)

2,00

 

 

2,90

 

 

2,10

 

 

3,70

1,50

 

 

2,70

 

 

1,60

 

 

3,30

1,40

 

 

2,40

 

 

2,00

 

 

3,20

1,60

 

 

2,50

 

 

1,30

 

 

3,40

0,75

 

 

0,87

 

 

0,78

 

 

0,89

11,76%

 

 

2,35%

 

 

8,24%

 

 

4,71%


4.2   
Pembahasan

Nilai Rf teori untuk daun katuk (Sauropus androgynus) adalah 0,85 (Vermona, 2014), sedangkan nilai Rf praktek untuk kertas saring Whatman No.1 dengan pelarut benzena : aquadest (4:1) adalah 0,75 dengan ralat sebesar 11,76% dan pada pelarut heksana : aquadest (4:1) adalah 0,78 dengan ralat sebesar 8,24%. Nilai Rf praktek untuk kertas saring Whatman No.41 dengan pelarut benzena : aquadest (4:1) adalah 0,87 dengan ralat sebesar 2,35% dan pada pelarut heksana : aquadest (4:1) adalah 0,89 dengan ralat sebesar 4,71%.

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf yaitu :

1.        Struktur kimia dari senyawa yang di pisahkan

2.        Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya

3.        Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap

4.        Pelarut dan derajat kemurniannya

5.        Derajat kejenuhan dari uap pelarut dalam bejana elusi

6.        Teknik percobaan

7.        Jumlah sampel yang digunakan

8.        Suhu

9.        Kesetimbangan

(Ershendy, 2011).

Dari percobaan yang dilakukan, faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah jenis pelarut yang digunakan yaitu benzena dan heksana yang dicampur dengan aquadest. Selain itu sifat dari penyerap yang digunakan juga sangat mempengaruhi nilai Rf, dalam hal ini penyerap yang digunakan adalah kertas saring Whatman No.1 dan kertas saring Whatman No.41.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

 

5.1    Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah :

1.        Nilai Rf yang diperoleh dengan pelarut benzena : aquadest (4:1) pada kertas saring Whatman No.1 dan kertas saring Whatman No.41 adalah 0,75 dan 0,87.

2.        Nilai Rf yang diperoleh dengan pelarut heksana : aquadest (4:1) pada kertas saring Whatman No.1 dan kertas saring Whatman No.41 adalah 0,78 dan 0,89.

3.        Ralat yang diperoleh dengan pelarut heksana : aquadest (4:1) pada kertas saring Whatman No.1 dan kertas saring Whatman No.41 adalah 11,76% daan 2,35%.

4.        Ralat yang diperoleh dengan pelarut heksana : aquadest (4:1) pada kertas saring Whatman No.1 dan kertas saring Whatman No.41 adalah 8,24% daan 4,71%.

5.        Zat warna yang terdapat pada daun katuk (Sauropus androgynus) adalah klorofil.

5.2    Saran

Adapun saran yang dapat ddisampaikan adalah :

1.        Sebaiknya praktikan memperhatikan suhu filtrat karena dapat mempengaruhi koefisien partisi dan kecepatan aliran filtrat.

2.        Sebaiknya praktikan menotolkan sampel pada kertas saring dengan sedemikian rupa agar mudah membedakan titik yang satu dengan yang lain.

3.        Sebaiknya volume bejana yang berisi pelarut adalah sama agar homogenitas dari atmosfer dapat terjaga.

4.        Sebaiknya praktikan melakukan percobaan secara duplo dengan menggunakan sampel lain, misalnya ubi ungu.

5.        Sebaiknya praktikan menggunakan pelarut lain, misalnya asam laktat dan oktana.

DAFTAR PUSTAKA

Ershendy, Rosy. 2011. Identifikasi Parasetamol dalam Sediaan Obat Tradisional Bentuk Serbuk secara Kromatografi Lapis Tipis dan Spektrofotometri UV-Visible. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Febria, Sintha. 2012. Ekstrak Daun Katuk (Sauropus androgynus Merr.) sebagai Obat Luka Insisi Kronis dalam Sediaan Salep dan Krim. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Harmita. 2009. Analisis Fisiko Kimia “Kromatografi”. Jakarta : Universitas Indonesia.

Johnson, Edward L, dan Stevenson, Robert. 1991. Dasar Kromatografi Cair. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Kupiec, Tom Ph.D. 2004. Quality-Control Analytical Methods : High Performance Liquid Chromatography. Oklahoma : Analytical Research Laboratories.

Kurniastuti, Fitria dan Susanti, E Lia Dwi. 2009. Pembuatan Zat Warna Alami Tekstil dari Biji Buah Mahkotadewa. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Prasetyo, dkk,. 2012. Kromatografi Kertas dan Kromatografi Lapis Tipis. Semarang : Universitas Diponegoro.

Rahmayani, Ika. 2008. Identifikasi Zat Pewarna Sintetis pada Saus Cabe Naga dengan Metode Kromatografi Kertas. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Rompas, Ivone Cecilia. 2014.   Identifikasi Zat Pewarna Rhodamin B pada Saus Tomat Bakso Tusuk di Sekolah Dasar Kota Manado. Manado : Universitas Sam Ratulangi.

SEAFAST Center. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Vermona. 2014. Laporan Praktikum Farmakognasi II. Depok : Universitas Indonesia.


Comments

Popular posts from this blog

LAPORAN PRAKTIKUM NITRASI

LAPORAN PRAKTIKUM RESIN UREA FORMALDEHID

Asam Karboksilat dan Turunannya